1
TREN BISNIS ONLINE
Mungkin mayoritas dari teman-teman sekarang sudah terbiasa berbelanja online, atau setidaknya pernah berbelanja online. Ya, saat ini transaksi online
bukanlah hal yang asing lagi bagi sebagian banyak orang. Mulai dari transaksi dengan nilai terendah seperti cemilan atau makanan, transaksi dengan nilai menengah seperti produk fashion bahkan sampai transaksi bernilai cukup tinggi seperti barang elektronik, gadget dan furniture. Melihat fenomena ini, bisa disimpulkan bahwa mayoritas orang mulai nyaman bertransaksi online tanpa rasa khawatir.
Beberapa tahun ke belakang, 'trend' berbelanja online semakin meningkat. Bagaimana tidak, ini sudah seperti menjadi kebiasaan baru yang lumrah bagi generasi milenial. Berdasarkan hal tersebut, tidak heran, dari waktu ke waktu, semakin banyak orang yang tertarik untuk berbisnis 'online'. Baik itu pelaku bisnis baru yang belum pernah berbisnis sebelumnya, maupun pemain lama yang sebelumnya menjalankan bisnisnya secara 'offline'.
Berbeda dengan 10 tahun ke belakang, berbelanja online masih dianggap ‘sepele’ dihantui rasa takut tertipu. Mayoritas orang masih merasa ragu untuk berbelanja online karena berbagai alasan. Salah satunya adalah, ketidak percayaan, baik itu takut barang tidak dikirim sedangkan uang sudah di transfer, ataupun khawatir barang tidak sesuai dengan ekspektasi saat diterima. Karena hal ini pula, masih sangat sedikit pelaku bisnis online pada saat itu.
Banyak orang ragu untuk berbisnis online karena pada saat itu target pasarnya masih kecil atau sedikit. Namun pada saat itu, pengguna internet dan sosial media di Indonesia sudah cukup tinggi. Hal ini dimanfaatkan oleh sedikit orang untuk memulai berjualan secara online, walaupun masih dengan cara ‘organik’ (baca: gratisan) memanfaatkan lingkaran pertemanan di sosial media nya atau di 'friendlist' kontak nya. Salah satu yang populer saat itu adalah dengan melakukan ‘tag’ atau menandai teman-teman pada postingan barang yang dijual. Mungkin jika teman-teman ingat, sudah mulai juga ramai yang mempromosikan produknya melalui 'broadcast message' pada fitur BBM yang ramai saat itu.
Seiring berjalannya waktu, 'trend' berbelanja online semakin meningkat. Hal ini membuat banyak orang tertarik untuk memanfaatkan media sosialnya untuk berjualan online. Kemudian mulai dikenal pula 'facebook ads', dan gaya jualan baru di Instagram dengan promosi melalui 'SFS', 'Keroyokan' dan 'Endorsement'. Hal ini membuat orang familiar dengan kebiasaan berbelanja online. Sampai puncaknya di sekitar tahun 2015 mulai bermunculan 'marketplace' yang menjadi 'trend' baru dalam berbelanja online.
MARKETPLACE
Marketplace seolah menjadi solusi baru pada saat itu. Marketplace hadir menjadi jawaban bagi mereka yang masih ragu dalam belanja online dengan alasan ketidak percayaan. Marketplace menjadi perantara bagi penjual dan pembeli yang menawarkan keamanan dalam berbelanja online dengan rekening bersama nya dan jaminan uang kembali yang ditawarkan pada konsumen. Dari itu, semakin banyak orang yang tidak ragu lagi dan tertarik untuk berbelanja online. Dan semakin banyak pula 'marketplace' baru bermunculan yang terus bersaing untuk memenangkan hati konsumen.
Semakin banyaknya 'marketplace' di Indonesia dan persaingan diantara mereka cukup menguntungkan bagi pelaku bisnis online maupun pembeli. Mereka terus berlomba mengkampanyekan berbelanja online dengan tawaran-tawaran yang sangat menarik, salah satunya adalah tawaran gratis ongkos kirim. Hal ini mengikis hambatan bagi pembeli untuk berbelanja secara online dan menjadi keuntungan bagi para pelaku bisnis 'online' karena mereka diberi kemudahan untuk menjual barang dagangannya.
Meningkatnya popularitas berbelanja di 'marketplace', membuat trend mulai berubah dan sedikit bergeser. Banyak pemain bisnis online di sosial media kemudian tidak ingin ketinggalan memanfaatkan keuntungan yang ditawarkan oleh marketplace. Selain itu, banyak pula pemain baru yang turut memanfaatkan fasilitas yang diberikan
marketplace, sehingga banyak pelaku bisnis online baru bermunculan.
BAHAYA MARKETPLACE
Dari bahasan tentang marketplace tersebut, seolah semuanya baik-baik saja. Bahkan mayoritas orang akan memberi respon positif karena fasilitas, kemudahan yang ditawarkannya. Bagaimana tidak, siapa saja sekarang akan merasa lebih mudah untuk memulai bisnis online. Mereka berfikir, asalkan ada barang lalu tinggal buat saja akun di marketplace, pasang harga sedikit lebih murah, dan beres. Banyaknya orang yang berfikir seperti itu membuat 'marketplace' semakin ramai penjual, dan tentu
saja banyak pula penjual dengan barang serupa. Lalu apa yang mereka lakukan untuk membuat konsumen memilihnya dibanding yang lain? Tidak lain, banting-bantingan harga.
Persaingan harga diantara para penjual di marketplace ini sebetulnya merupakan masalah yang mungkin tidak banyak orang sadari. Bagi konsumen, ini menyenangkan, karena mereka bisa membeli dengan penawaran terbaik (baca: terendah). Bagi penjual, hal ini menyebabkan mereka berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan
produk dengan harga terendah agar margin mereka terjaga. Sebagian dari mereka menekan harga ke suppliernya atau melakukan trik tertentu agak dapat harga kulakan yang lebih murah. Mereka penjual yang juga produsen, berusaha menekan biaya produksi agar harga pokok produksi rendah dan bisa menjual dengan harga lebih murah. Sehatkah persaingan semacam ini?
Pernah dengar istilah yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin? Lalu siapa yang terkena dapak negatif dari persaingan tersebut? Salah satunya adalah mereka kaum buruh yang mengerjakan produksi. Boss mereka berusaha dengan sedemikian rupa menekan biaya produksi dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan
membayar ongkos yang murah. Mereka kaum buruh hampir tidak punya pilihan lain, karena jika mereka tidak bekerja, mereka tidak akan bisa berpenghasilan dan bagaimana bisa mereka membiayai hidup keluarga. Dan kualitas hidup mereka pun semakin rendah.
Lalu, apa kabar dengan marketplace? Pernahkah kita berfikir, keuntungan apa yang mereka dapatkan dengan beragam fasilitas yang ditawarkan, bahkan mereka sampai harus keluar modal besar untuk menanggung beban ongkos kirim? Tentu saja, 'no free lunch today'. Tidak mungkin mereka tidak bermaksud mengambil keuntungan apa-apa dari semua ini. Ramainya transaksi yang terjadi di tempat mereka, merupakan salah satu hal yang sangat menguntungkan dan sesuatu yang mahal yang mereka dapatkan. Jejak yang ditinggalkan oleh transaksi antara penjual dan pembeli terekam dengan sangat detail di tempat mereka, ya, sesuatu yang mahal tersebut itu adalah 'Database'.
Bagi kita sebagai orang awam, seolah tidak ada yang berbahaya sama sekali dengan rekaman transaksi yang kita tinggalkan di marketplace baik itu sebagai penjual maupun pembeli. Padahal 'database' yang terkumpul dari waktu ke waktu tersebut, menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja yang siap memakan banyak korban, khususnya produsen lokal dan para pelaku bisnis online yang sebagian besarnya adalah mereka para UKM. Database yang terkumpul dimanfaatkan oleh marketplace untuk membaca 'trend'. Mereka memiliki data mahal berupa demografi dan perilaku konsumen, jenis produk terlaris, target market yang tepat untuk produk tertentu, dan lain-lain. Hal ini, menjadi pintu bagi mereka untuk menguasai 'hulu' dan 'hilir' bisnis secara bersamaan. Apa itu ‘hulu’? Hulu dalam bisnis adalah awal rantai bisnis yg biasanya ditempati oleh supplier material kemudian produsen. Sedangkan ‘hilir’ adalah bagian ujung rantai bisnis yaitu ‘market’ atau konsumen.
Pengusaan 'hulu' dan 'hilir' ini cepat atau lambat akan membuat mereka penjual skala kecil mulai tersingkir. Produsen lokal pun sama-sama merasakan dampaknya dengan menurunya skala produksi atau semakin tertekannya biaya. Dalam jangka waktu panjang, ini menyebabkan perekonomian melemah dan yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Kapitalisme pun bertumbuh dan semakin menyudutkan rakyat kecil.
Sebelum terlambat, kita pelaku bisnis online, ada baiknya mulai memikirkan masa depan bisnis kita secara jangka panjang. Ada baiknya kita mulai mandiri dengan memiliki rumah sendiri (baca: web) dan tidak bergantung lagi pada marketplace. Bangun 'brand' agar konsumen tetap mau memilih dan membeli pada kita walau tanpa iming-iming gratis ongkos kirim. Dan, naikkan 'value' agar tidak harus banting-bantingan harga sehingga kita bisa mensejahterakan para buruh atau tim produksi kita.
Tentunya tidak semua marketplace melakukan gaya bisnis seperti ini. Masih ada marketplace yang menjalankan aktivitasnya dengan memperhatika etika bisnis. Marketplace yang dimaksud disini ialah marketplace kapitalis.
Marketplace kapitalis akan menjadi bahasan kita pada tulisan berikutnya.
2
PENGUASAAN HULU HILIR
Apa yang dimaksud dengan penguasaan hulu dan hilir dan apa bahaya nya?
Pada tulisan sebelumnya sudah sedikit dibahas apa itu hulu dan hilir dalam bisnis. Hulu, tempatnya produsen, hilir tempatnya konsumen. Begitulah singkatnya untuk memahami hulu-hilir bisnis.
Bahaya ini mungkin tidak dirasakan secara langsung atau dalam waktu dekat, namun seiring waktu berjalan, ini akan menjadi bom waktu bagi pelaku UKM Indonesia bahkan untuk negara. Ya, betul bahaya bagi kedaulatan bangsa Indonesia.
Saya tidak sedang berorasi atau menakut-nakuti. Tapi sudah sewajarnya saya yang sedikit faham ingin menyadarkan kawan-kawan yang belum faham.
Bagaimana cara mereka menguasai?
Dengan menguasai database di bagian hilir bisnis. Dalam sebuah bisnis, saat terjadi penjualan, bukan hanya profit yang kita dapat melainkan juga database. Database apa saja?
Apa yang dibeli? Kapan belinya? Usia berapa yang banyak membeli produk A? Kota mana yang paling banyak terjadi transaksi?
Bagaimana? Apakah sudah mulai faham database apa yg ingin mereka kuasai?
Data ini adalah hal yang sangat penting dan berharga, karena ini mampu menentukan masa depan sebuah usaha. Data penting yang mereka dapat, selain data identitas dan lainnya adalah pola perilaku konsumen dan pola penjualan kita. Dan untuk mengetahui dan mendapatkan POLA ini adalah hal yang SANGAT MAHAL.
POLA ini menjadi sangat mahal dan berharga karena untuk mendapatkannya, tidak hanya menghabiskan dana, melainkan membutuhkan WAKTU yang tidak singkat, ini yang tak ternilai uang.
Para UKM berjuang dan berdarah-darah untuk mendapatkan pola sukses penjualan mereka, uji coba dengan berbagai kegagalan, lalu mereka, marketplace kapitalis men-shortcut proses untuk suksesnya dengan membaca lalu meniru pola sukses UKM yang menjual produknya ditempat mereka.
Ingat, database kita JAUH lebih bernilai dan MAHAL dari sekedar gratis ongkir yang mereka berikan sebagai umpan.
Penguasaan data, membaca perilaku dan pola.
POLA itu yg MAHAL.
Karena butuh banyak dana dan waktu untuk mendapatkannya, sedangkan marketplace men-shortcut pola sukses para produsen lokal.
Pola Marketplace Kapitalis
Dibawah: Menjadi pesaing dengan memproduksi dan menjual lebih murah.
Perang harga, kualitas menurun, gaji karyawan dan penjahit murah (Kualitas hidup rakyat bawah semakin mengkhawatirkan)
Diatas: Monopoli harga bahan baku dengan membaca konsumsi suatu toko online dari database yang mereka dapatkan.
Membuat kelangkaan dengan disengaja kemudian menaikan harga bahan baku menjadi mahal.
Mereka diuntungkan dengan margin tinggi, sedangkan produsen lokal tertekan.
3
EKONOMI MANDIRI
Setelah mengetahui dampak negatif dari marketplace kapitalis, sudah saatnya kita mengambil sikap. Keputusan terbaiknya adalah berhenti berbagi 'database' dengan marketplace. Kita tidak bisa menunda lagi untuk memulai membangun ekonomi mandiri dengan tidak bergantung pada marketplace. Dengan begitu kita bisa 'keep' database kita sendiri untuk kepentingan jangka panjang usaha kita.
Dengan memutuskan untuk tidak lagi menjual dan memajang produk di marketplace, seharusnya tidak ada yang perlu di khawatirkan, karena insyaAlloh, tidak akan menghambat rezeki kita.
Jika kita memahami konsep rezeki bahwa rezeki itu dari Alloh. Untuk menambah wawasan kita tentang memahami konsep rezeki silahkan baca artikel berikut ini: https://www.facebook.com/groups/ForumJayaSetiabudi/permalink/1767897949973568/
Bahwan Alloh lah yang menentukan laris tidaknya jualan kita, bukan marketplace. Alloh pula lah yang menggerakkan hati konsumen untuk berbelanja dimana.
Selain meyakini konsep rezeki tersebut, kita pun harus percaya diri dengan produk yang kita jual. Jika produk yang dijual memiliki 'value' dan diferensiasi yang cukup kuat dari produk kompetitor, tentunya konsumen akan tetap membeli produk kita walau tanpa embel-embel free ongkir, diskon besar, dll. Tentunya kita juga harus menjalankan sunatullohnya yakni berikhtiar yang terbaik.
Contohnya, selain 'free ongkir', kita bisa memberikan nilai tambah lain bagi konsumen, pelayanan yang cepat, ramah dan pendekatan yang tepat.
Selain marketplace, masih banyak saluran lain yang dapat membantu memaksimalkan penjualan seperti facebook, instagram atau bahkan membuat website atau toko online sendiri.
4
SHEIKA BAGIAN DARI YUKBISNIS
Yukbisnis merupakan platform toko online asli buatan dan milik Indonesia. Bukan hanya platform, Yukbisnis juga merupakan komunitas para pengusaha yang mengkampanyekan anti kapitalis, dimana foundernya, mas Jaya Setiabudi merupakan sosok yang sangat nasionalis.
Beliau sangat peduli pada UKM dan rutin mengedukasi pelaku UKM melalui seminar, webinar dan training yang mayoritas eventnya diselenggarakan secara gratis. Ya, beliau sangat gigih untuk mewujudkan cita-citanya agar Indonesia terbebas dari kekangan para kapitalis dan bisa menciptakan perekonomian mandiri. Beliau bahkan membagikan banyak ilmu yang beliau miliki secara gratis di chanel youtube yukbisnis.
Sheika merupakan bagian dari Yukbisnis. Pertumbuhan dan perkembangan Sheika tak lepas dari peran mas J sapaan akrab Mas Jaya Setiabudi selaku guru kami. Dengan value yang mas J dan Yukbisnis miliki, kami pun berkomitmen untuk menjadi bagian dari perjuangan tujuan mulia mas J dan Yukbisnis dengan ambil bagian, masuk barisan mendukung pergerakan Yubisnis dalam melawan kapitalisme. Salah satu langkah nyata terkecil adalah melepas diri dari marketplace kapitalis.
Selain masuk bagian perjuangan Yukbisnis, faktanya marketplace kapitalis pun membawa dampak negatif bagi Sheika, salah satunya adalah memunculkan perang harga dan plagiator. Teman-teman pasti sudah faham dan banyak menemui mereka di marketplace kapitalis. Menurut laporan dan dari data yang Sheika dapatkan, ada beberapa agen yang pernah beberapa kali melanggar salah satu aturan Sheika, yaitu menjual dibawah harga pusat. Mengapa itu bisa terjadi? Perang harga menimbulkan persaingan yang tidak sehat di antara sesama mitra.
Untuk ini Sheika memutuskan, sejak hari ini, 20 Agustus 2018, SEMUA MITRA (AGEN, RESELLER, Reseller / Marketer dari AGEN dan RESELLER RESMI) TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK BERJUALAN DI MARKETPLACE (Shopee, Tokopedia, dll) MANAPUN.
Sheika memberi waktu untuk para mitra untuk mensosialisasikan kebijakan ini pada reseller marketernya dan untuk menghapus semua foto produk di marketplace dalam waktu 2 hari sampai Rabu 22 Agustus 2018. Jika setelah tanggal tersebut masih ada Agen / Reseller yang berjualan atau memajang produk Sheika di Marketplace kapitalis maka kemitraan dengan Sheika akan TERPUTUS, yang artinya dihentikan menjadi Agen / Reseller Sheika.
Sekian penjelasan dan kebijakan terbaru dari Sheika.
Terima kasih untuk pengertiannya 🙏
Semoga usaha teman-teman senantiasa ada dalam keberkahan, hasil dan juga prosesnya. Aamiin.
Terima kasih telah menjadi bagian SHEIKA.
Jika ada pertanyaan dan diskusi, silahkan ajukan di komen notes dibawah ini, akan dijawab secara bertahap.
Sampai bertemu di Gathering Sheika dalam waktu dekat.
Salam,
Gita & Reza