Rabu, 25 Januari 2017

Tugas Bulanan Ceria #TugasJanuari

Hikmah Pernikahan...

Bismillahi Rahmanir Rahiim..

Kehidupan pernikahan merupakan salah satu gerbang titik balik manusia dalam memasuki kehidupan yang baru. Karena sejatinya pernikahan adalah proses perkenalan seumur hidup, pasti selalu ada halang dan rintang di setiap episode pernikahan. Bahkan ketika baru memasuki gerbang pernikahan, tak selamanya hanya masa-masa honeymoon saja yang dirasakan.

Begitupun saya ketika baru mencicipi rasanya hidup berdua dengan seseorang yang dicinta. Enam bulan pertama yang katanya 'honeymoon fase' tak melulu rasanya manis bak madu. Saya merasakan rasanya keguguran (abortus complete) di awal tiga bulan pernikahan, rasanya sedih bukan kepalang. Merasakan pula rasanya ditipu oleh kerabat, hingga rugi berjuta-juta. Kemudian merasakan 'indahnya' menikah sambil kuliah, yang membuat hati saya maju-mundur untuk tetap berjuang di kampus padjadjaran, karena saya sudah memiliki prioritas lain yang lebih utama, yaitu: keluarga.

Namun dibalik semua ujian-ujian tersebut, dibaliknya terdapat hikmah besar yang tak semua orang bisa merasakannya. Kejadian keguguran memberikan saya pelajaran bahwa buah hati merupakan titipan dari Allah, dan hanya Allah-lah yang berhak atas hidup, mati, dan rejeki anak kita. Alhamdulillah dua bulan setelah saya keguguran, Allah kembali memberi kepercayaan amanah berupa anak kepada kami. Saya hamil lagi, dan kini sudah ada dua penyejuk hati yang sehat dan menggemaskan yang selalu menemani hari-hari kami.

Kejadian ditipu oleh kerabat, sangat memberi pelajaran pada kami. Tawakal alallah.. rejeki sudah diatur Allah. Merasakan rasanya hidup terhimpit itu sangat luar biasa nikmatnya. Setelah itu kami belajar untuk membangun bisnis dari bawah. Memperbanyak silaturahmi dengan orang-orang besar dan hebat.

Dari kejadian nikah-sambil-kuliah? Tiap kali pergi kuliah dengan bermotor, saya membawa benda-benda berikut ini: dua anak saya (irsyad & ikram), dan tiga tas (tas irsyad, ikram, dan saya). Masya Allah.. luar biasa rasanya. Allhamdulillah kini saya telah lulus kuliah (2 pekan lalu). Kini pun saya heran, bisa dapat kekuatan dari mana sehingga saya setiap hari bisa 'akrobat' seperti itu? Hehe. Kekuatan dari mana lagi jika bukan karena Allah yang telah memberikan saya kekuatan. Alhamdulillah ala kulli haal...

Dalam pernikahan juga sejatinya adalah proses belajar seumur hidup. Perbedaan kepribadian, sifat, hobi, dan lain-lain antara kita dengan pasangan menjadi hal yang lazim terjadi. Pun saya dan suami. Saya orang yang introvert melankolis ternyata berjodoh dengan suami yang ekstrovert sanguinis. Dulu saya rasanya sangat sulit untuk afektif, sulit untuk menyampaikan perasaan saya ke orang lain, termasuk ke suami. Sekalinya saya ingin menyampaikan sesuatu yg sudah terpendam, sering kali saya terlalu meledak-ledak dalam menyampaikannya. Namun suami dengan sabar membimbing, bahwa penting untuk menyampaikan perasaan dengan cara yang tepat, karena manajemen komunikasi & emosi merupakan elemen penting dalam sebuah pernikahan bahagia. 

Itu sekelumit cerita dari kehidupan pernikahan saya. Kami masih terus belajar dan belajar agar bahtera ini tidak salah dalam berlayar, agar lautan kehidupan ini selalu senantiasa memberikan petualangan yang 'seru' untuk kami sebrangi. 

Alhamdulillahilladzi bini'matihii tatimussalihaat.. 

NHW #1 "Adab Menuntut Ilmu"

Bismillahi Rahmanir Rahiim..

1. Jurusan ilmu yang ingin saya tekuni dalam universitas kehidupan ini adalah ilmu di bidang wedding organizer, lebih spesifiknya lagi saya ingin memiliki keahlian di bidang rias pengantin yang sesuai syariat islam.

2. "Strong Why" saya dalam memilih bidang ini adalah:
Berawal dari pengalaman saya menggunakan jasa wedding organizer pada pernikahan saya. Saya merasa tidak puas dengan pelayanan jasa WO tersebut, karena ada beberapa prinsip-prinsip yang tidak sesuai dengan keinginan saya. Saya sudah menyampaikan pada perias bahwa saya ingin model jilbab yang menutup dada, dan saya menyesal hanya mengatakan syarat tersebut tanpa mengatakan keinginan saya secara mendetail. Benar saja, pada hari H, memang jilbab saya dibuat menutup dada, namun saya dipakaikan konde yang tinggi bak kepala alien pada saat akad dan resepsi pernikahan. Padahal saat itu saya paham bahwa memakai konde punuk unta tidak sesuai dengan syariat islam. Saya yang introvert sulit untuk menolak eksekusi dari sang perias yang lebih 'dominan', jadilah saya pasrah dengan kemauan si perias. Dari situ, saya ingin menyalurkan 'dendam positif' dengan membuat wedding organizer yang sesuai dengan syariat-syariat islam, dan memudahkan para muslimah dalam merancang pesta pernikahan impiannya.

3. Bagaimana strategi dalam menuntut ilmu di bidang wedding organizer?
Saya memperhatikan beberapa wedding organizer ternama dalam merancang sebuah pesta pernikahan. Dari hasil pengamatan saya, sebuah wedding organizer pasti memiliki satu atau lebih bidang yang dikuasainya sendiri. Ada yang berbasis bisnis katering, ada yang berbasis rias dan gaun pengantin, dan ada yang berbasis dekorasi. Saya memilih bidang rias dan gaun pengantin (makeup artist & attire) sebagai keahlian utama saya. Ketika saya sudah menguasai bidang tersebut, baru saya akan memperluas bidang ilmu saya tentang wedding organizer.
Bagaimana strategi saya dalam mempelajari ilmu makeup artist?
Saya awalnya sangat awam dengan dunia makeup. Pada tahun 2014 saya mengikuti kelas self make up (makeup untuk diri sendiri) sebagai dasar ilmu tentang dunia rias. Setelah itu saya mengikuti kelas lanjutan yaitu professional makeup class di tahun yang sama pada guru yang sama. Selama tahun 2015-2016 saya mempraktekkan ilmu rias saya pada klien-klien muslimah. Sudah belasan muslimah yang saya dandani untuk acara pernikahan, acara wisuda, atau yang mengikuti kursus makeup. Jumlah ini masih sangat sedikit mengingat saat itu saya masih belum fokus dalam bidang ini karena masih menyelesaikan kuliah.
Setelah lulus kuliah (2 pekan lalu) saya berazzam ingin mengikuti kelas makeup dengan guru yang lebih professional dalam rangka mengupgrade skill saya. Insya Allah bulan Maret saya akan mengikuti makeup class yang diselenggarakan oleh makeup artist professional asal Malaysia. Kemudian saya juga berazzam akan mengikuti makeup class setiap setahun sekali dalam rangka terus mengupgrade skill saya dalam bidang rias dengan berguru dengan perias-perias profesional lainnya.

4. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, banyak hal yang harus saya perbaiki demi keberkahan sebuah ilmu. Adab pada diri sendiri, secara tidak sadar terkadang saya masih merasa "sudah tahu" dalam suatu kajian keilmuan. Padahal perasaan "sudah tahu" malah akan menghalangi ilmu itu masuk dalam jiwa kita. Harus lebih banyak berlatih untuk 'mengosongkan gelas' sebelum memulai suatu kajian ilmu, agar ilmu bisa masuk tertanam dengan mudah. Dalam hal adab terhadap sumber ilmu, seringkali saya harus lebih skeptis dalam menerima sebuah informasi. Apakah ilmu tersebut baik DAN sesuai syariat? Misalnya saja ketika saya mengikuti makeup class yang mengharuskan saya memakai bulu mata palsu, padahal saya mengerti bahwa memakai bulu mata palsu melanggar syariat islam. Maka dalam mengikuti sebuah kajian ilmu, kita harus lebih skeptis dalam menyerap informasi atau ilmu, apakah ilmu ini baik? apakah ilmu ini bermanfaat? dan yang terpenting apa ilmu ini sesuai syariat? Karena apapun yang kita lakukan sejatinya hanya menginginkan ridho dari Allah, dan setiap keridhoan Allah sudah pasti akan membawa keberkahan hidup.

Alhamdulillah bini'matihi tatiimusshalihat..