Bismillah..
NHW 3 kali ini semakin membuka mata saya akan potensi-potensi unggul yang kami (sekeluarga) miliki, dan bagaimana potensi itu bermanfaat untuk banyak orang.
Bagi suamiku, Dhia Ulhaq..
Saya memberikan surat cinta untuknya via whatsapp. Beliau membalas bahwa dia suka dengan naluri kata-kata yang saya berikan. Saya jarang sekali memberikan kata-kata pujian, apresiasi untuk suami. Surat cinta ini adalah momen untuk saya berlatih agar lebih mudah untuk menyampaikan kata-kata apresiasi untuk suami.
Bagi kami, naluri cinta memiliki 5 komponen: kata-kata, pelayanan, hadiah, sentuhan, dan quality time. Setiap orang berbeda-beda dalam urutannya. Suami saya menempatkan kata-kata sebagai naluri cinta yang pertama. Kata-kata pujian dan apresiasi membuatnya merasa secure dan dicintai.
Bagi si sulung, Irsyad Sabilil Haq..
Si sulung kami memiliki banyak potensi yang dimilikinya. Ia mudah berbaur dengan orang lain dan tidak cemas bila saya tidak di sampingnya. Hal ini bukan saja datang tiba-tiba, namun karena sejak berusia 7 bulan irsyad sudah terbiasa saya tinggal di daycare sementara saya kuliah. Meskipun sesekali dia merengek saat saya pamit meninggalkannya, yaitu saat dia sakit atau saat sedang badmood.
Meskipun kemampuan berbicaranya sedikit terlambat dibanding anak-anak lain, namun bentuk tubuhnya dan gerakan motorik kasarnya diatas rata-rata anak-anak seusianya. Diusianya yang baru 3 tahun, dia sudah mampu mengendarai sepeda roda dua.
Irsyad si sulung juga memiliki bakat perfeksionis, dia suka menjejerkan barang-barang apapun, mobil-mobilan, pulpen, bantal, bahkan tempe yang baru saya iris-iris pun dijejerkan 😂. Dia menjadi sangat marah apabila barang-barang yang dia jejerkan tiba-tiba diluluh lantakkan oleh adiknya.
Irsyad sangat ekspresif dengan emosinya. Jika dia senang, dia bisa lompat-lompat kegirangan dengan wajah yang menyeringai senang. Pun sebaliknya, jika dia merasa marah/kecewa dia bisa menangis sekencang-kencangnya hingga memukul/menendang.
Namun begitu, irsyad mulai pandai membaca situasi sosial. Pernah suatu ketika saya menangis dan kesal (bukan karena anak/suami), irsyad yang melihat saya menangis kemudian berkata "cep bunda cep..", lalu ia lari ke dapur dan kembali membawa segelas air, memberikannya pada saya dan berkata "udah ya nangisnya, ini minum dulu..". Ini yang membuat saya jadi menangis terharu karena bangga.. 😢
Bagi si bungsu, Ikram Shahib Elhaq..
Diusianya yang baru 1,5 tahun ikram sangat sanguin. Dia lebih mudah untuk tertawa dibanding menangis. Jika menangis pun, tidak sulit untuk mendiamkannya. Seperti kakaknya, ikram pun mudah berbaur dengan orang lain dan tidak cemas bila saya tinggal.
Saat ini dia sedang belajar berbicara meskipun masih lebih banyak babbling nya. Dia juga sedang suka mengimitasi aktivitas saya, seperti sholat dan memasak.
Bagi saya, Endita Ayumi Kartika..
Saya sangat suka belajar hal baru, mencoba-coba sesuatu yang belum pernah saya lakukan. Dalam hal potensi diri, saya memiliki prinsip bahwa sebelum usia 30 tahun saya bebas mengeksplorasi potensi diri dari segala bidang. Apakah itu dari bidang parenting, pernikahan, entrepreneur, ataupun bidang make up artist yang kini saya geluti. Jadi di usia 30 tahun ke atas saya sudah mantap dengan satu bidang yang memang menjadi minat dan bakat saya. Menurut saya, pasti ada kisah-kisah trial-error dibalik orang-orang yang sudah terbukti sukses. Karena usia saya masih 24 tahun, berarti masih ada waktu 6 tahun lagi untuk lebih mengeksplorasi segala potensi yang saya miliki.
Saya yang suka mencoba hal baru ini sangat bersyukur dipasangkan dengan suami yang sangat supportif dengan segala keputusan yang saya buat. Suami menjadi orang pertama yang mendukung saat saya ingin memulai bisnis online. Suami yang selalu mengantarkan saya untuk menghadiri kelas makeup artist untuk profesional. Suami lah yang mau mendengarkan 'ceramah' saya bila saya baru saja menghadiri seminar parenting, pernikahan, atau seminar apapun. Suami pula yang mendukung hobi fotografi saya yang terbilang cukup mahal.
Bagi lingkungan tempat tinggal saya..
Saat ini sudah 1,5 tahun saya menempati rumah baru ini. Lingkungan di sini masih baru dan sepi. Namun saya beruntung memiliki tetangga kanan-kiri yang baik hati. Meskipun sekedar berbagi makanan atau oleh-oleh kecil yang kami punya.
Setelah kuliah saya selesai di sini, kami berencana untuk melanjutkan hidup di subang, tempat kerja suami, karena selama ini kami hidup semi LDM antara Jatinangor-Subang. Jika tinggal bersama dengan suami, saya pikir kami akan saling menyatukan kekuatan untuk menjalankan misi-misi pernikahan yang sempat tertunda selama kami menjalani LDM.
Semoga Allah selalu memberkahi setiap langkah-langkah kami, di manapun kami berada.
Alhamdulillah bini'matihii tatimusshalihaat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar